MALANG – Bagi sebagian orang, memulai usaha dengan modal kecil bisa jadi tantangan besar. Beberapa bahkan berani melibatkan pihak lain untuk mendapatkan modal, meskipun belum memiliki pengalaman yang kuat, dan berujung gulung tikar karena terjebak dalam hutang yang sulit terbayar.
Berbeda dengan Agus Salim yang memiliki mental baja dalam membangun usaha, keterbatasan ekonomi keluarga tidak menjadikannya ciut, justru sebaliknya, malah semakin memperkuat tekadnya untuk menekuni bisnis jual beli sepeda bekas. Terbukti, Toko Sepeda Nusantara Bike Shop yang ia kelola sudah memiliki puluhan sepeda bekas beragam merk, beberapa diantaranya dari pabrikan dalam negeri dan luar negeri, lengkap dengan sparepart dan aksesori.
Menurut pria lulusan Sarjana Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang itu, aset yang sekarang dimiliki sudah mencapai ratusan juta.
“Alhamdulillah aset sekarang sudah dua ratus jutaan,” ujar Agus kepada MALANGSATU.COM, saat ditemui di rumahnya, di Jalan Jeruk, Semanding, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Membangun usaha yang ia rintis sebelas tahun lalu bukanlah hal mudah. Banyak tantangan dan risiko yang dihadapi, namun santri Sabilurrosyad, asuhan KH Marzuqi Mustamar itu tetap konsisten dan fokus hingga usahanya sukses.
Agus memulai bisnisnya pada 2013, saat duduk di bangku kuliah semester lima. Berawal dari ketidakmampuannya membeli motor untuk kebutuhan operasional semasa kuliah, ia hanya bisa membeli sepeda bekas seharga 450 ribu dari tabungannya. Tak disangka, peristiwa itu menjadi titik awal kesuksesannya dalam membangun bisnis jual beli sepeda bekas.
“Ndak sanggup beli motor, tabungan cuma bisa dipakai beli sepeda bekas merk Jieyang,” ujarnya.
Guru pendidikan agama Islam di SDN Penanggungan, Kecamatan Klojen, Kota Malang, yang baru resmi dikukuhkan sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) pada 2022 itu menjelaskan, sepeda bekas pertama merk Jieyang yang Ia miliki dijual untuk membeli sepeda baru dengan spesifikasi yang lebih bagus.
Meskipun saat itu belum ada keinginan untuk berbisnis, kebiasaan jual beli sepeda bekas terus dilakukannya untuk meng-upgrade spesifikasi sepedanya agar lebih nyaman digunakan.
“Awalnya ndak ada niat bisnis jual beli sepeda, mengalir begitu saja. Saya jual lalu beli baru, jual lagi beli lagi yang lebih baik, begitu seterusnya,” kata pria yang memiliki dua anak perempuan itu.
Takdir baik memang berpihak pada Agus. Keuntungan dari kebiasaannya menjual dan membeli sepeda bekas Ia tabung hingga bisa membeli beberapa unit sepeda bekas untuk dijual kembali.
“Tabungan dan tambahan dari bapak 200 ribu, saya gunakan untuk modal awal,” imbuh Agus.
Meskipun awalnya sempat rugi, namun transaksi berikutnya lancar dan berhasil mendapatkan keuntungan hingga koleksi sepeda yang dijual terus bertambah. Bahkan beberapa merek ternama buatan luar negeri dengan spesifikasi full suspension, seperti MOSSO, SANTA CRUZZ, GIANT, SCOTT, LAPIERRE, ada di tokonya.
Harga sepeda yang ditawarkan beragam, mulai dari 1 juta hingga lebih dari 20 juta, tergantung merek dan spesifikasinya.
“Saya pernah jual SANTA CRUZZ seharga 27 juta, full suspension V 10, Carbon Downhill Mountain Bike,” terang pria kelahiran Blitar itu.
Semua koleksi sepeda bekasnya dipasarkan secara online, sehingga tidak heran kalau nama Nusantara Bike Shop yang ia kelola dikenal di berbagai komunitas pegiat sepeda.
“Sering dipromosikan teman-teman komunitas, bahkan saya juga pernah kirim unit ke Aceh dan Papua,” ucapnya.
Keberhasilan yang Agus nikmati saat ini adalah buah dari perjuangannya. Ia memiliki prinsip kuat yang dipegang teguh sampai sekarang, bahwa dirinya tidak pernah meminjam uang dari pihak lain, termasuk bank untuk menjalankan usahanya. Ia hanya mengandalkan keseriusan dalam bekerja dan berdoa.
“Saya tidak pernah hutang, hanya ikhtiar saja selebihnya pasrah. Lebih bagus usaha berkembang secara alami daripada terbelenggu hutang,” pungkas Agus.
Rully Novianto